Refleksi Kekalahan dalam Pemilihan Presiden Mahasiswa FH UNTAN 2024
Refleksi Kekalahan dalam Pemilihan Presiden Mahasiswa FH UNTAN 2024
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Kampus bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga lahan subur untuk menanam nilai-nilai demokrasi, kepemimpinan, serta perjuangan kolektif. Dalam kerangka inilah, saya Afif Fadhil Fdhlullah menyatakan diri untuk maju sebagai calon Presiden Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura tahun 2024. Langkah ini bukan semata-mata ambisi pribadi, melainkan bagian dari cita-cita kolektif untuk membangun BEM FH Untan sebagai rumah besar perjuangan yang proaktif dan edukatif.
Dorongan terbesar saya lahir dari kegelisahan melihat kehidupan kampus yang stagnan, di mana aspirasi mahasiswa sering kali tersumbat oleh birokrasi yang kaku atau ruang dialog yang sempit. Saya percaya bahwa dengan maju sebagai calon Presiden Mahasiswa, saya bisa membuka kanal kolaborasi yang luas untuk mewadahi harapan-harapan mahasiswa baik dalam bidang akademik, advokasi, maupun pengembangan potensi diri.
Namun, jalan perjuangan ini jauh dari mulus. Sejak masa awal kampanye, saya dan tim menghadapi serangkaian dinamika yang tidak hanya menguji strategi, tetapi juga integritas. Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemirama) tahun ini menjadi salah satu yang paling sengit dalam sejarah kampus, bukan hanya karena tingginya partisipasi, tetapi juga karena kerasnya pertarungan narasi, bahkan sering kali terperosok ke dalam praktik-praktik tidak etis.
Visi dan Misi Perjuangan
Dalam perjuangan ini, saya tidak datang dengan tangan kosong. Saya membawa visi yang jelas dan misi yang konkret.
Visi kami adalah:
"Menjadikan BEM FH Untan sebagai wadah perjuangan kolektif yang proaktif dan edukatif, dengan tujuan menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan intelektual dan sosial semua mahasiswa."
Dari visi tersebut, lahirlah lima misi utama:
- Meningkatkan solidaritas antar lembaga mahasiswa untuk menciptakan lingkungan kampus yang harmonis.
- Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berfokus pada ilmu pengetahuan dan kesadaran sosial.
- Membangun hubungan konstruktif dengan birokrasi dan elemen fakultas.
- Memperluas jaringan organisasi mahasiswa hingga tingkat nasional dan internasional.
- Mengoptimalkan media komunikasi untuk pelayanan mahasiswa.
Untuk mendukung implementasinya, kami merancang program-program unggulan seperti:
- JUST LEAD: Program pengembangan kepemimpinan berbasis dunia hukum.
- FH PEDULI: Gerakan sosial untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi dan sosial.
- FESTIKUM: Festival Ilmu Hukum sebagai ruang unjuk kreativitas melalui debat, lomba peradilan semu, dan sebagainya.
Slogan perjuangan kami adalah satu kata yang menyatukan semuanya:
"Kolaborasi Semangat Perubahan."
Semangat Kolektif yang Menyala
Sejak awal, perjuangan kami tidak hanya bertumpu pada figur atau struktur organisasi, tetapi pada kekuatan kolektif. Kawan-kawan dari berbagai latar belakang organisasi, partai mahasiswa, dan individu-individu yang memiliki integritas dan semangat yang sama telah menyatu dalam sebuah gerakan yang kami sebut Kolaborasi Semangat Perubahan.
Kami percaya bahwa perubahan yang hakiki lahir dari kesadaran bersama, dari perjuangan yang tak segan berjalan di jalan sunyi, dan dari keberanian untuk menyuarakan kebenaran meski harus berhadapan dengan arus kekuasaan.
2. Proses Pencalonan
Langkah Awal Pencalonan
Proses pencalonan dimulai dari satu keputusan penting: melibatkan sebanyak mungkin elemen mahasiswa sejak awal. Kami menyadari bahwa untuk mencapai dukungan yang kuat, tidak cukup hanya dengan menampilkan visi yang hebat—kami harus membangun kepercayaan. Oleh karena itu, langkah pertama kami adalah menjalin komunikasi intensif dengan organisasi-organisasi mahasiswa dan partai-partai besar di kampus. Dari proses inilah lahir koalisi LOK, yaitu gabungan berbagai elemen yang berkomitmen untuk satu cita-cita: perubahan.
Saya mengusung prinsip keterbukaan dalam setiap diskusi politik. Tidak ada kesepakatan di bawah meja. Semuanya dibangun melalui musyawarah. Koalisi yang kami bangun bersifat setara—semua elemen memiliki ruang suara yang sama. Hal ini menjadi fondasi moral perjuangan kami: bahwa demokrasi sejati dimulai dari dalam gerakan itu sendiri.
Strategi Kampanye
Kampanye kami dirancang dengan pendekatan santai namun substansial. Kami menghindari gaya retorika kosong yang hanya mengandalkan popularitas. Setiap forum yang kami gelar, setiap postingan di media sosial, selalu berorientasi pada penyampaian visi dan misi secara akademis. Kami ingin menciptakan atmosfer pemilihan yang sehat, cerdas, dan edukatif.
Namun, di tengah kampanye yang berjalan, kami menghadapi realitas politik kampus yang keras. Banyak serangan pribadi dilancarkan terhadap saya, mulai dari manipulasi informasi hingga pembunuhan karakter. Fitnah, narasi palsu, dan berbagai bentuk kampanye negatif menjadi makanan sehari-hari. Meski demikian, kami memilih untuk tetap tenang dan menjawab semua dengan karya dan klarifikasi berbasis data.
Tim Pemenangan
Dalam perjalanan ini, saya tidak pernah sendirian. Tim pemenangan kami terdiri dari gabungan berbagai individu luar biasa—ketua umum partai-partai koalisi, relawan independen, teman-teman seperjuangan dari berbagai angkatan. Mereka bekerja siang dan malam untuk menyusun strategi, menyebarkan informasi, menyelenggarakan acara, dan menjaga moral gerakan tetap tinggi.
Kami membagi tim menjadi beberapa divisi: strategi, media dan propaganda, logistik, kajian isu, dan relasi publik. Setiap divisi bergerak dengan koordinasi yang ketat. Saya sendiri rutin hadir dalam rapat harian tim untuk memastikan setiap keputusan strategis diambil secara kolektif. Inilah yang saya sebut kepemimpinan partisipatif: saya belajar banyak dari mereka, bukan hanya mereka belajar dari saya.
3. Hari Pemilihan dan Hasil
Dinamika Hari Pemilihan
Hari pemilihan menjadi titik klimaks dari seluruh proses panjang yang kami jalani. Antusiasme mahasiswa sangat tinggi. Suasana di lingkungan Fakultas Hukum terasa berbeda—semua mata tertuju pada satu pertanyaan: siapa yang akan terpilih menjadi Presiden Mahasiswa FH Untan berikutnya? Namun, di tengah antusiasme itu, kami mencium adanya keganjilan.
Dari pagi hari, sejumlah laporan mengenai kecurangan mulai bermunculan. Beberapa mahasiswa mengaku tidak bisa menggunakan hak pilih mereka karena namanya tidak terdaftar. Ada pula indikasi intervensi dari pihak-pihak yang seharusnya netral, termasuk panitia pemilihan dan bahkan unsur legislatif kampus. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar terkait integritas proses demokrasi yang sedang berlangsung.
Kecurangan dan Ketidakadilan
Ketika kami menginvestigasi lebih lanjut, ditemukan banyak pelanggaran yang mengarah pada ketidaknetralan panitia. Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa (KPRM) dinilai gagal menjaga prinsip LUBER dan JURDIL (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil). Berita acara pemilihan tidak ditandatangani oleh seluruh anggota, dan data pemilih belum dimutakhirkan secara menyeluruh hingga hari H. Hal-hal ini bertentangan langsung dengan UU Nomor 1 Tahun 2024 yang mengatur teknis dan etika pemilihan mahasiswa.
Kondisi ini membuat kami, Koalisi Semangat Perubahan, menolak hasil pemilihan. Kami menyampaikan protes resmi dan menuntut pemungutan suara ulang dengan dalih demokrasi telah dinodai oleh proses yang tidak sah dan cacat hukum.
Ketegangan dan Pemungutan Suara Ulang
Situasi pasca-pemilihan semakin memanas. Perdebatan terjadi di berbagai forum terbuka, media sosial, bahkan ruang-ruang akademik. Kedua kubu saling menyampaikan argumen, tetapi tuntutan kami jelas dan berpegang pada hukum yang berlaku. Berkat konsolidasi dan dukungan luas dari berbagai pihak, akhirnya pihak kampus mengabulkan permintaan kami untuk mengadakan pemungutan suara ulang.
Pemungutan suara ulang memberikan harapan baru. Tetapi di sisi lain, semangat tim kami mulai goyah. Ketegangan berkepanjangan, serta tekanan psikologis dari berbagai pihak membuat energi tim mulai melemah. Di titik inilah, saya merasakan betapa beratnya beban seorang calon pemimpin yang juga harus menjaga stabilitas emosional dan moral tim di tengah badai.
4. Refleksi Kekalahan
Evalusiasi Tim Internal
Kekalahan dalam pemungutan suara ulang menjadi momen penting untuk melakukan refleksi. Kami mulai dengan mengevaluasi kerja internal tim. Salah satu hal yang kami sadari adalah kurangnya semangat dan solidaritas antar anggota tim di detik-detik akhir. Kelelahan emosional dan fisik mulai terasa, terutama setelah rangkaian polemik yang panjang. Beberapa anggota tim mulai kehilangan motivasi dan fokus, yang secara tidak langsung berdampak pada efektivitas kerja kami.
Kelemahan dalam distribusi tugas dan komunikasi antar divisi menjadi pelajaran penting. Banyak potensi yang belum dimaksimalkan. Kami menyadari bahwa sebuah perjuangan besar memerlukan ketahanan emosional dan mental yang kuat, serta koordinasi yang lebih disiplin.
Kampanye yang Terlalu Ekstrem
Salah satu kesalahan besar yang saya akui adalah pendekatan kampanye yang pada akhirnya mengarah pada strategi ekstrem. Tim media kami, dalam upaya membalas serangan dari kubu lawan, melakukan black campaign. Hal tersebut, meskipun dilakukan dengan persetujuan saya, ternyata memberikan dampak negatif terhadap persepsi publik. Alih-alih mendapat simpati, beberapa mahasiswa justru mulai ragu terhadap integritas kami.
Kesalahan ini menjadi tamparan keras. Bahwa dalam perjuangan politik, tidak semua cara dibenarkan meski untuk tujuan yang benar. Saya belajar bahwa strategi kampanye harus tetap menjunjung tinggi etika, kejujuran, dan nilai-nilai akademik yang menjadi dasar kehidupan kampus. Kekalahan ini adalah hasil dari keputusan-keputusan yang tidak bijaksana, dan saya bertanggung jawab penuh atasnya.
Keberhasilan yang Tetap Layak Dikenang
Meskipun gagal meraih kemenangan, saya merasa bangga karena kami telah membuka ruang demokrasi yang lebih luas di kampus. Kami berhasil menegakkan hak untuk menggugat proses pemilihan yang cacat hukum, dan mendesak dilakukannya pemungutan suara ulang. Ini adalah preseden penting bagi masa depan demokrasi kampus di FH Untan.
Saya melihat bahwa kekalahan bukanlah akhir, tetapi awal dari proses pendewasaan diri dan organisasi. Gerakan ini telah menyatukan banyak kepala dan hati dalam satu tujuan: perubahan. Dan semangat itu tidak akan pernah padam, bahkan setelah pemilihan selesai.
5. Penutup
Refleksi Diri
Pengalaman mencalonkan diri sebagai Presiden Mahasiswa menjadi tonggak penting dalam perjalanan pribadi saya sebagai seorang mahasiswa. Saya menyadari bahwa perjuangan ini tidak hanya berbicara tentang politik kampus, tetapi juga tentang bagaimana membentuk diri menjadi pribadi yang lebih kuat, bijak, dan berintegritas. Kekalahan ini bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari fase pembelajaran yang lebih dalam.
Saya belajar bahwa menjadi pemimpin bukan hanya tentang berada di depan, tetapi juga tentang menerima kekalahan dengan lapang dada. Saya belajar bagaimana mengelola tekanan, merangkul perbedaan, dan terus mencari titik temu di tengah berbagai konflik. Dari pengalaman ini, saya menemukan bahwa perjuangan politik mahasiswa adalah ruang pembelajaran terbaik untuk mengasah kepemimpinan dan ketangguhan diri.
Pesan untuk Diri dan Regenerasi
Untuk diri saya sendiri, saya berpesan: jangan pernah berhenti belajar, jangan pernah menyerah karena satu kekalahan. Jadilah pribadi yang berwibawa dan terus berupaya menegakkan etika serta nilai-nilai akademis. Pemilihan ini boleh usai, tetapi semangat untuk menciptakan perubahan harus terus hidup.
Kepada generasi berikutnya, saya titipkan visi dan semangat yang telah kita bangun bersama. Jangan biarkan semangat Kolaborasi Semangat Perubahan berhenti di satu titik. Kobarkan terus obor perubahan itu di manapun kalian berada. Teruslah berani menyuarakan kebenaran, menegakkan keadilan, dan membela suara mahasiswa.
Penutup
Perjuangan ini telah membentuk banyak cerita, luka, semangat, dan pelajaran. Kami tidak menang, tetapi kami menangkap makna sejati dari perjuangan. Terima kasih kepada setiap individu yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini dalam suka maupun duka.
Akhir kata, semoga semangat perjuangan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus bersuara, berani bertindak, dan selalu menjunjung tinggi etika dalam setiap langkah.
Hidup mahasiswa! Hidup perubahan!
Komentar
Posting Komentar